roompi.id – Pameran yang dibuka pada Sabtu, 24 Juni 2023 tersebut tidak hanya menjadi ajang memamerkan lebih dari 50 karya Gebar Sasmita, tetapi juga menjadi momen re-aktivasi Bale Budaya sebagai ruang kreatif bagi masyarakat.
Para seniman dan pelaku kreatif dari berbagai daerah turut berkontribusi dengan mempersembahkan sajian karya pertunjukan, lokakarya, hingga melukis on the spot sebagai
kegiatan pendukung. Pada pembukaan pameran, Teater Empat Setia Budhi (Rangkasbitung) menyajikan pertunjukan “Deteriorasi”. Selanjutnya, ada Edi Bonetski (Tangerang) yang menyajikan performance art merespons karya-karya Gebar Sasmita, sampai Fitra Rahardjo (Tangerang) yang mempersembahkan workshop cukil.
Baca Juga: Kesetaran Gender: Hak Perempuan dan Laki-Laki dalam Ruang Publik
Selama pameran, Bale Budaya seolah tidak pernah sepi oleh aktivitas seni budaya. Para perupa dari Sanggar Pandawa Lima (Tangerang) dan seniman asal Pandeglang turut memeriahkan acara dengan melukis on the spot. Lukisan hasil karya para perupa tersebut ikut dipamerkan dan dipersembahkan untuk Gebar Sasmita.
Acara pameran kembali menjadi ruang apresiasi untuk seni pertunjukan yang dipersembahkan seniman asal Pandeglang pada Sabtu, 1 Juli 2023. Penari kontemporer, Muklis ‘Madre’ mempersembahkan performance art berkolaborasi dengan monolog Gebar Sasmita, dan Ifan Sandekala yang membacakan puisi. Selain itu, ada persembahan wayang dari dalang Aming Ajen yang diiringi musik persembahan Katresna Ethnic.
Ramainya dukungan dari para seniman dan budayawan terhadap kegiatan ini sejalan dengan tujuan penyelenggaraan pameran seni yang diinisiasi oleh Pandeglang Creative Hub dalam mewujudkan kembali fungsi Bale Budaya Pandeglang sebagai ruang berkarya dan ruang apresiasi bagi pelaku kreatif.
“Dari dukungan berbagai pihak terhadap pameran ini, kita dapat melihat betapa pentingnya ruang publik sebagai tempat bagi para seniman dan pelaku kreatif untuk mengekspresikan karyanya. Kami sangat mengapresiasi antusias rekan-rekan yang turut bergotong royong dan mempersembahkan karyanya untuk memeriahkan kegiatan ini,” ungkap Tirta Nugraha
Pratama, salah satu pengurus Pandeglang Creative Hub. Ia juga menambahkan, kebijakan-kebijakan yang ada juga perlu dipertimbangkan agar tidak menghambat para seniman dan budayaan dalam upaya pemajuan budaya di Pandeglang. Bale Budaya sebagai ruang publik dapat menjadi tempat ruang ekspresi kebudayaan, termasuk mendukung terciptanya ekosistem kebudayaan yang lebih sinergis.
“Terlebih, sejak tahun 2017, pemerintah pusat punya Undang Undang Pemajuan Kebudayaan sebagai dasar regulasi yang mengatur pentingnya ruang publik sebagai sarana pemajuan kebudayaan. Tentunya, Pemerintah Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten, punya kewajiban untuk merealisasikan regulasi tersebut, sesuai kewenangannya,” tambah Tirta.
Sejak tahun 2000-an, Bale Budaya Pandeglang telah menjadi ruang tempat berkumpul dan berkarya bagi seniman lintas disiplin. Berbagai aktivitas seni dan budaya dari pameran seni hingga pertunjukan telah berhasil dilaksanakan di Bale Budaya. Namun, pergantian kebijakan, khususnya yang berkenaan dengan kewenangan pengelolaan Bale Budaya terkait restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Pandeglang sempat menjadi kendala yang menghambat aktivitas Bale Budaya sebagai ruang publik.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang, Yana Heryana, menyambut baik aktivasi Bale Budaya sebagai ruang kreatif. Ia juga berharap, kegiatan ini bisa menjadi katalisator pengembangan seni dan budaya melalui pemanfaatan
ruang publik. “Saya harap, seniman dan budayawan di Pandeglang tidak sungkan untuk menggelar kegiatan di Bale Budaya. Kami sangat mendukung program-program kreatif, khususnya yang berkaitan dengan pemajuan kebudayaan di daerah,” ungkap Yana.
Tak luput, Rohendi, Kepala Seksi Pengembangan SDM Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi Banten turut hadir dan memberikan dukungannya terhadap pameran tersebut. Menurutnya, apa yang dilakukan Pandeglang Creative Hub Dan generasi muda di Pandeglang sangat perlu didukung oleh kebijakan dan juga fasilitasi dari pemerintah daerah.
“Kita perlu kebijakan yang mendukung. Pameran ini bisa jadi awal yang “menghidupkan kembali” Bale Budaya. Apalagi, apa yang dilakukan Pandeglang Creative Hub, pendekatannya lebih sesuai dengan generasi yang sekarang, lebih familiar, dan modern. Menurut saya, ini luar biasa. Pokoknya, aktivitas semacam ini perlu didukung, jangan dibubarkan, jangan ditutup.
Lanjutkan, jika perlu setiap hari ada yang pameran dan berkarya di sini. Insyaallah, saya juga akan mendukung dari sisi regulasi di Provinsi,” tambah Rohendi.
Pameran yang semula dijadwalkan ditutup pada 1 Juli 2023 akan diperpanjang hingga 24 Juli 2023. Pembaruan jadwal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pameran tersebut. Beberapa pihak yang bekerja sama dalam penyelenggaraan pameran, di antaranya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang, Serenjana Institute, Jurusan Tata Artistik SMKN 1 Pandeglang, A Project, Artgoong, Sanggar Embun, Hajirocker Foundation, Hotel Pandeglang Raya, Elora Cafe, Museum Multatuli, dan Museum Pusaka Banten.
Ke depannya, Pandeglang Creative Hub berharap gotong royong para pemangku kebijakan termasuk pemerintah daerah, seniman, dan pelaku kreatif dapat kembali menggelar berbagai aktivitas di Bale Budaya.
“Kegiatan mendatang yang akan dilakukan adalah membuka kelas seni untuk beberapa disiplin ilmu seperti: tari, teater, musik, rupa, dan sastra. Tentu ini perlu kerja sama dan dukungan semua pihak, terutama pemerintah daerah yang membidangi terkait kebudayaan,” tambah Tirta. ***