roompi.id – Kesetaran Gender: Hak Perempuan dan Laki-Laki dalam Ruang Publik
Apa yang kalian ketahui mengenai gender?
Yang terlintas didalam pikiran kalian pasti gender adalah jenis kelamin. Betul, namun pengertian gender cukup luas loh untuk dapat diartikan. Sampai saat ini pemahaman masyarakat terkait gender masih kurang atau masih sepenuhnya belum benar.
Gender berasal dari bahasa latin yaitu “ GENUS”, berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya.
Lalu apa yang membedakan antara jenis kelamin dan gender?
Baca Juga: Pelanggan Setia Telkomsel Asal Tangerang Berhasil Membawa Pulang Mobil Wuling Air EV Gratis
Jenis kelamin mengacu pada kondisi fisik yang secara lahiriah dimiliki oleh seseorang. Sedangkan gender adalah pembedaan antar peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.
Tak hanya itu gender memiliki nama lain yaitu antara lain:
Beberapa identitas gender yang umum adalah pria, wanita, non biner, dan gender queer atau trans gender. Lalu dalam arti lain ada juga yang namanya cisgender. Cisgender adalah istilah yang sering digunakan bagi seorang individu yang merasa bahwa identitas gender dirinya sejalan dengan jenis kelamin yang ia miliki.
Gender dapat menyesuaikan tergantung dari latar belakang keluarga, faktor lingkungan, serta pergaulan. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat. Perempuan sering mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi, dan kemasyarakatan.
Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik kemasyarakatan.
Penulis menilai di dunia bahkan di indonesia diskriminasi ketidaksetaraan gender masih berlaku dimanapun,bahkan di tempat kerja atau pun saat di pabrik saja diskriminasi gender masih berlaku bukankah seharusnya semua harus diberlakukan sama dan adil tanpa adanya diskriminasi yang berkaitan tentang gender? Mau sampaikan kita terus bergantung pada diskriminasi gender? Bahkan perempuan bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki. Contoh kecil yang ada di kehidupan sehari-hari adalah banyak perempuan yang bisa memasang gas, dan bisa mengangkat galon, ojek online pun sekarang banyak yang perempuan,bukankah hal sekecil itu laki-laki mampu mengerjakannya? Lalu mengapa ketidaksetaraan gender masih diberlakukan? Perempuan bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti, menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika, bahkan memasak.
Perempuan bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah sambil mengurus anak. Bukankah laki-laki juga mampu mengerjakan pekerjaan rumah? Menurut saya pribadi, kodrat seorang perempuan adalah,menstruasi,melahirkan dan menyusui. Tapi sejauh ini,ternyata perempuan mampu mengerjakan semua hal termasuk mencari nafkah.
65{2974b326114d8f1cfac47447457e3e99174753de611adfd2695837d495c60a9d} dari sekian banyaknya umat manusia dimuka bumi ini sering berargumen bahwa :
“Ngapain sih perempuan sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya juga di dapur”
“Perempuan itu gak harus sekolah tinggi tinggi nanti juga kalo sudah berumah tangga ngurusin anak dan suami”
“Gak perlu sekolah tinggi-tinggi nanti juga suaminya yang mencari nafkah untuk rumah tangganya”
Kalimat-kalimat seperti itu sering kali saya dengar,bahkan saya sendiri pernah mengalami komentar seperti itu rasanya sedikit tidak nyaman,karena saya sedang menduduki bangku pendidikan menuju sarjana. Tetapi, balik lagi ke diri masing-masng mengenai pendidikan bagi perempuan. Kita juga tidak bisa hidup dibawah pandangan patriaki perempuan harus setara dengan laki-laki,mereka bebas melakukan apa saja yang ingin mereka gapai termasuk menuntut ilmu ,tidak hanya karena mindset “Perempuan akan didapur” saja langkah perempuan jadi terbatas untuk meraih pendidikan. Tetapi kita sebagai manusia juga harus mengeksplore dunia yang luas ini.
Setelah saya mencari informasi agar lebih factual kepada rekan dan kerabat saya mengenai kesetaraan gender, banyak dari mereka yang kurang setuju tentang kalimat “ perempuan tidak perlu sekolah tinggi tinggi karena ujung-ujungnya juga bakal di dapur”.
Putri Azahra Mahira salah satu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung jurusan Psikologi angkatan 2021 dan aktivis ketua bidang pendidikan BEM Psikologi UPI mengutip argumentasinya mengenai pendidikan bagi perempuan. Beliau mengatakan bahwasannya kurang setuju mengenai mindset pendidikan bagi perempuan,” kita sebagai perempuan suatu saat nanti bakal menjadi seorang ibu itu tandanya kita harus mendidiknya dengan baik. Sekolah pertama anak yaitu tanggung jawab kita sebagai orang tua terlebih seorang ibu, itu tandanya pertumbuhan dan perkembangan anak akan dikendalikan dengan ibu, ibu akan lebih sering menghabiskan waktu bersama anaknya dibanding dengan ayah, untuk bisa menjadi guru untuk anak kita untuk bisa menjadi ibu yang baik ibu yang bisa membentuk karakter seorang anak dengan baik itu membutuhkan ilmu, dan untuk mendapatkan ilmu tidak bisa semata-mata mencari tahu lewat media social. Mendidik dan merawat anak itu cukup sulit,banyak hal yang perlu kita perhatikan tidak hanya tentang harus mempunyai tubuh yang sehat tetapi kita juga perlu menjaga kesehatan mental anak kita. Di dalam psikologi, perkembangan anak anak itu perlu kita pelajari tahapan-tahapan perkembangan yang terjadi pada anak dan jika satu tahapan tidak berjalan dengan seharusnya karena kita merawatnya tidak tahu ilmu akan berakibat fatal. Itu adalah beberapa hal kenapa kita perempuan harus punya banyak ilmu tidak hanya tahu soal masak. Banyak alasan mengapa perempuan-perempuan diluar sana ingin sekolah tinggi-tinggi, mungkin karena ingin menaikkan drajat diri sendiri dan orang tua,ingin memiliki masa depan yang lebih cerah agar kariernya terlihat cukup baik,memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang ada didalam keluarganya agar tidak terjadi dikeluarga kecilnya di dimasa depan”. Rabu, 28/06/2023.
Menurut saya perempuan berhak menjunjung ilmu setinggi-tingginya. Betul memang jika sudah berumah tangga maka perempuan akan balik lagi ke dapur dan mengurus anak,namun apakah mengurus anak dan mengajari anak tidak membutuhkan ilmu yang sudah kita pelajari sejak duduk di bangku pendidikan? Mengajari anak bukan hanya 1+1 saja bukankah kita juga harus mengajari anak bagaimana cara berattitude dengan benar dan baik,bagaimana cara bersopan santun,bagaimana berbicara dengan baik. Dan mengajari anak tidak hanya menggambar pemandangan gunung serta sawah saja,tetapi kita juga harus mengajari dan
memberikan pandangan bahwa hidup didunia itu hanya sementara dan hidup didunia itu sungguh keras dan berat,kita juga sebagai orang tua harus memberikan gambaran-gambaran kehidupan agar seorang anak nantinya jika sudah beranjak remaja dan dewasa tidak salah arah dan tidak kehilangan arah. Lagi – lagi seorang anak tetap membutuhkan bimbingan orang tuanya.
Saya berharap untuk kedepannya bahwa tidak ada lagi ketidaksetaraan gender,semua harus diberlakukan adil baik itu perempuan maupun laki laki. Laki-laki dan perempuan berhak menjunjung tinggi ilmu. ***
Penuiis Opini: Ratu Yasmin Adara Dinanti
Mahasiswa Administrasi Negara
Ketua Bidang Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Universitas Pamulang Serang
Tema Gender