SERANG – Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Banten menggelar kegiatan Literasi Keuangan Terdepan (LIKE IT) di Ballroom Hotel Aston Serang, Rabu (2/10). Kegiatan ini diikuti sekitar 400 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi besar di Banten dengan fokus meningkatkan pemahaman generasi muda terkait pasar keuangan.
Kepala KPw BI Banten, Ameriza M Moesa, mengatakan literasi keuangan menjadi salah satu tantangan besar yang harus dijawab bersama, terutama dalam memperluas sumber pembiayaan pembangunan.
Menurutnya, selama ini pembiayaan di Indonesia masih didominasi sektor perbankan, padahal terdapat potensi besar dari pasar modal, obligasi, hingga instrumen keuangan lainnya.
“Edukasi ini kami harapkan bisa diperluas ke seluruh stakeholder masyarakat Banten. Fokus kami menyasar generasi muda karena mereka adalah calon investor masa depan. Jika mereka sejak dini memahami pasar keuangan, perkembangan sektor ini bisa lebih cepat,” ujar Ameriza.
Ameriza juga menyoroti adanya kesenjangan antara tingkat inklusi dan literasi keuangan nasional.
“Tingkat inklusi sudah tinggi, sementara literasi masih rendah. Program LIKE IT ini diharapkan bisa memperkecil gap tersebut agar masyarakat kita makin siap menghadapi perkembangan ekonomi,” katanya.
Sementara itu, Kepala OJK Provinsi Banten, Adi Dharma, mengungkapkan hasil survei OJK dan BPS pada Triwulan I 2025 menunjukkan tingkat inklusi keuangan Indonesia telah mencapai 80,51 persen. Namun literasinya baru 66 persen.
“Artinya, hanya 66 persen masyarakat yang paham terhadap produk dan lembaga jasa keuangan. Padahal yang sudah menggunakan jasanya lebih dari 80 persen. Kondisi inilah yang sering membuat masyarakat terjebak pada lembaga jasa keuangan ilegal,” ujar Adi.
Ia menambahkan, OJK menargetkan literasi keuangan dapat terus meningkat secara bertahap menuju 100 persen. Salah satunya melalui kolaborasi dengan Bank Indonesia, LPS, Kementerian Keuangan, dan stakeholder terkait.
“Di Banten, sampai Juni 2025 kami sudah menerima 1.300 pengaduan nasabah, dengan sekitar 600 kasus berasal dari pinjaman online, sisanya dari perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Rata-rata korban masih berusia di bawah 30 tahun,” ungkapnya.


