SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten fokus pada peningkatan layanan dan edukasi untuk menekan kasus stroke.
Apalagi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1277 Tahun 2024, telah menetapkan 10 RSUD di Provinsi Banten sebagai rumah sakit jejaring layanan Kanker, Jantung, Stroke, dan Uronefrolog (KJSU).
Rinciannya, RSUP Dr. Sitanala Tangerang, RSUD Banten, RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD dr. Drajat Prawiranegara, RSUD Berkah Pandeglang.
Kemudian RSUD dr. Adjidarmo, RSUD Kota Cilegon, RSUD Kota Serang, RSUD Kota Tangerang Selatan, dan RSUD Kota Tangerang.
Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, stroke penyakit yang mengakibatkan kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia.
Selain itu stroke merupakan penyakit katastropik yang memakan biaya pengobatan cukup tinggi.
Sehingga pemerintah melalui program transformasi bidang kesehatan berupaya menciptakan pemerataan akses masyarakat terhadap layanan stroke.
Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan rujukan secara berjenjang dan mempermudah akses layanan stroke pada setiap kabupaten kota di seluruh wilayah Indonesia.
“Dengan adanya rumah sakit jejaring layanan KJSU dapat mendekatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” katanya.
Berdasarkan data hingga Oktober 2024, kasus stroke di Banten mencapai 6.549 kasus. Jumlah terbanyak berada di Kota Tangerang 2.088 kasus.
Di susul Kabupaten Tangerang 2.252 kasus, Kota Tangerang Selatan 1.510 kasus, Kota Cilegon 255 kasus, Kota Serang 238 kasus, Kabupaten Lebak 89 kasus, Kabupaten Serang 71 kasus, dan Kabupaten Pandeglang 46 kasus.
Dengan kasus tersebut, Dinkes Banten tidak hanya berupaya menangani pasien, tegapi gencar melakukan edukasi sebagai bentuk pencegahan.
Salah satu edukasi yang dilakukan dengan menggelar Workshop Code Stroke. Kegiatan tersebu bagian dari strategi dalam upaya mengoptimalisasi sistem rujukan pelayanan stroke melalui penguatan di rumah sakit rujukan pada masing-masing provinsi melalui program pengampuan rumah sakit jejaring pelayanan stroke.
Dengan pola ini, seluruh peserta mendapatkan pengetahuan atau penjelasan terkait penanganan pelayanan stroke serta menjadi agen perubahan yang efektif dan efisien di lingkungan unit kerjanya.
“Melalui transfer knowledge pada workshop ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya di bidang stroke di Provinsi Banten,” jelasnya. (ADV)